Type Here to Get Search Results !

KONTRIBUSI CETAK GENERASI CEMERLANG DENGAN CERNAK IDEOLOGIS


Oleh: Agustia

Bismillah,
Terus terang agak asing ditelinga saya ketika membaca judul materi pertemuan WAG Literasi 16 SSCQ kali ini.

Disebabkan saya jarang berkecimpung dengan literasi yang membahas khusus masalah anak-anak, maka saya setengah hati awalnya, tapi tantangan dari Bunda Lilik memang penuh kejutan, saya sendiri menjadi tertantang karena menyadari kurangnya buku-buku cerita anak (cernak) yang mempunyai ruh ideologi Islam.

Mba Farihah sebagai pemandu acara sekaligus sebagai pemateri dadakan karena Mba Afi terganjal macet dan hujan deras di jalan, menyampaikan pengalamannya menyangkut cernak.

Selanjutnya pemater, Mba Afi menjelaskan Langkah-langkah Menulis Cernak.

Langkah-langkah Menulis Cerita Anak
  1. Tentukan sasaran pembaca. Ini penting karena akan menentukan format dan jenis cerita yang akan dibuat.
  2. Temukan ide cerita dan tema. Ide cerita dapat ditemukan di mana saja.
  3. Buat penokohan dengan karakter yang kuat. Karakter tokoh yang kuat akan membuat cerita unik dan berkesan.
  4. Agar cerita menarik, gunakan teknik show, don't tell. Tapi, mesti tetap diperhatikan penggunaan bahasa. Gunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti anak. Untuk chapter book penggambaran suasana (show) menggunakan teks. Untuk pada picture book, bila sudah diilustrasikan dengan gambar maka tidak perlu lagi digambarkan dengan teks.
  5. Tulislah! Sebab, dambaan bisa membuat buku cerita anak tidak akan terealisasi bila Anda tidak menulisnya.

Cara Menulis Cernak

1. Pahami hukum menulis
Meski boleh, Al-Faqir pribadi menghindari fabel dalam menulis cernak sebagai bentuk kehati-hatian.

Kalau khayali, mengandung keharoman, kemaksiatan, jelas wajib dihindari.

2. Pahami dunia anak
Nah, kalau ananda yang membuat cerpen, keren, langsung dunianya. Kalau kita yang buat, maka posisikan kita itu adalah anak kecil. Porsi cerita biar full childish.

Al-Faqir sering koreksi, kaleu Bunda alias Emaknya yang bikin cerpen, porsi emak itu lebih banyak. Padahal, ini cernak, kan? kan kan kan.

Meski kita belum punya anak, maka kita harus memahami dunia anak. Dunia bermain tak jauh dari dunia anak, bawa muatan aqidah Islam dengan menjangkau taraf berpikir anak. Hal ini bisa dilihat dari perkembangan usia. Anak usia dini lebih diarahkan pada ma'lumah dan ibrah. Anak mumayyiz (seorang anak yang sudah bisa membedakan sesuatu yang baik dan yang buruk) bisa diarahkan pada ma'lumah, praktik, dan ibrah. Tentu jika sudah berbicara praktik, tulisan harus persuasif, yakni memberikan pengaruh.

3. Pahami tujuan menulis
Pahami bahwa tujuan menulis untuk mencerdaskan dan menggiring anak pada peradaban mulia. Oleh karenanya, kita tak boleh sembarangan menulis. Kalau tanpa muatan akidah Islam, apa bedanya tulisan kita dengan tulisan di luar sana?


Angle Cernak

Angle adalah sebuah sudut pandang tertentu yang diambil penulis untuk menuliskan sisi lain dari obyek peristiwa tulisannya. Ini bukan angel (Jawa), ya! Bukan pula angle yang bermakna malaikat.

Sahabat Surga Cinta Qur'an yang dimuliakan Allah, untuk angle penokohan POV (point of view) ketiga jauh lebih aman daripada POV 1. Gampangnya, tokoh orang ketiga itu lebih mudah daripada orang pertama. Kalau orang pertama, meski disampaikan hanya fiktif belaka, Al-Faqir termasuk yang menghidarinya karena riskan.


Diksi Cernak

Apa itu diksi? Sederhananya diksi adalah pilihan kata. Perkembangan bahasa, bahasa sosial, dan bahasa psikologis anak itu berbeda berdasarkan usia dan lingkungan yang membentuknya. Namun demikian, ada faktor krusial yang tak boleh diabaikan, yakni kemampuan aqliyah dari sisi kecepatan berpikir berbeda.

Sehingga, meski anak selisih hanya setahun, mendapat perlakuan sama dalam pengasuhan, belum tentu perkembangan bahasanya sama. Masing-masing anak memiliki kemampuan berpikir yang berbeda. Ada anak yang cepat hanya dengan bahasa verbal saja dan cukup satu kali mendengar. Ada anak yang berulang kali dengan bahasa verbal. Namun, ada juga anak yang mampu menangkap komunikasi setelah ada gesture yang menemani bahasa verbal.

Penulis boleh mempertimbangkannya untuk memilih diksi yang tepat sesuai level usia saja.


Diksi sederhana cocok untuk anak.

Melihat-menatap-memandang-memperhatikan-mengawasi-meneliti-menonton.

Tentu kata-kata di atas harus dicari yang sederhana, misal melihat dan menonton.

Contoh:
Dia mengawasi kucing itu.

Dia asik melihat gerak-gerik kucing itu, lucu dan menggemaskan. Dia melihatnya dengan saksama, akan ke mana kucing itu.

Meski lebih panjang, namun kata melihat mudah ditangkap oleh anak. Dengan menyederhanakan diksi, maka pesan cerita akan sampai pada anak.

Sahabat Surga Cinta Qur'an yang dimuliakan Allah

Santai nggih dalam menulis cernak. Santai tapi tertarget agar selesai alias rampung.

Satu hal lagi...

Cernak itu lebih menggigit jika bukan dominan orang tua yang dialog.

Tapi, bukan haram ya jika orang tua dominan. Tapi namanya cernak, kita buat cerita yang memang perspektif anak. Ini pesan khusus Bunda.

Adapun angle sudut pandang pembahasan, maka banyak sekali sebenarnya yang bisa kita tuliskan.

Nah, dari mana kita bisa memperoleh angle tersebut?


1. Membaca

Misal mau menulis tentang shiroh, kita harus banyak membaca buku-buku shiroh yang sudah diterjemahkan.

Contoh:
Dengarlah kisahku
Tentara bergajah
Berangkat menyerang
Menghancurkan ka'bah
Allah mengirimkan ababil yang terbang
Gajah dilempari dengan batu berapi

"Hebat, Mas Muadz," Ustadzah Fatimah bersorak saat Muadz sangat bersemangat bernyanyi.

Muadz dan teman-temannya sangat senang menyanyikan lagu itu. Meskipun diulang setiap hari oleh Ustadzah Fatimah, mereka mengikutinya dengan riang. Apalagi saat Ustadzah Fatimah bercerita tentang Pasukan Raja Abrahah yang gagal menghancurkan ka'bah, mereka merasa senang dan bertakbir.
Nah itu cuplikan cernak Al-Faqir dengan segmentasi Sirah.


2. Menonton

Bisa saja tema itu muncul saat kita sedang menonton Nusa Rara misal. Sehingga, kita bisa menduplikasinya menjadi Serial nama anak-anak yang inspiratif menurut kita. Bisa saja pembahasannya dari kehidupan sehari-hari mereka. Ingat duplikasi di sini bukan plek ketiplek pada cerita Nussa Rara ya.

Contoh:
Bersyukur

Farhan tampak cemberut melihat isi tempat makannya. Dia sedih karena isinya tidak dia sukai. Imam menghampirinya dan berniat menghibur Farhan.

"Kamu kenapa cemberut begitu?" tanya Imam.

"Ibu membawakanku sayur asem. Aku tidak suka," jawab Farhan.

Imam menoleh pada kotak yang ada di pangkuan Farhan.

"Kamu sudah mencobanya?" tanya Imam lagi. Farhan hanya menggeleng.

"Cobalah dulu, jangan lupa baca bismillah dan senyum!" Imam memberi semangat.

Dengan sedikit ragu, Farhan menyuap sesendok sayur bening berisi jagung manis dan bayam ke mulut mungilnya. Tetiba binar itu muncul di matanya, rasa bahagia membuatnya semangat untuk menyendok kuah yang dianggap tak disukainya. Farhan tersenyum penuh makna pada Imam.

Dia pun sangat senang karena ibunya pandai memasak. Imam jadi teringat nasihat Ustaz Khalik. Kata beliau, dalam hadis ada larangan mencela makanan. Imam menyesal sempat mencela dalam hati karena sayur asam itu terlihat tidak menarik dan dianggap tidak enak.

Ia pun teringat untuk bersyukur pada Allah masih bisa menikmati makanan. Tidak seperti saudara-saudaranya di Suriah dan Palestina yang susah mendapatkan makanan enak tiap saat.


3. Berjalan-jalan atau mengamati lingkungan sekitar. Tema seringkali muncul saat saya tadabur alam bersama Trio Andurrohman.

Pelajaran Sains dan Geografi sering Al-Faqir lakukan dengan mengajak jalan ke desa tetangga untuk menyaksikan dan mengamati secara langsung alam dan kehidupan. Mereka bisa menyentuh dedaunan, bagaimana bentuknya, bagaimana permukaannya, halus ataukah kasar. Nah, dari sana, mereka berceloteh. Maka, Al-Faqir ambil angle itu.

Contoh
Celoteh Abdurrahman

"Bi ulannya kok tobek," Yahya bertanya dengan rasa penasaran.

"Bukan sobek, Mas. Itu bulannya sudah waktunya melengkung".

Seketika trio Abdurrohman menatap langit shubuh yang bertabur bintang. Tampak ada bulan melengkung berbentuk sabit di sana. Mereka melihatnya penuh takjub, sementara lisannya melafazkan kalimat thoyyibah.

Yahya menganggap bulannya sobek karena dia sering melihat bulan purnama yang terang benderang. Mas Umar mengambil bola plastik di dekat pintu dapur. Dia pun memperagakan kenapa bulannya bisa melengkung dan kelihatan seperti sobek. Lalu, abi ikut menjelaskan terkait awal dan akhir bulan Hijriyah yang sangat penting bagi kaum muslim.

Angle pembahasan bisa ditelusuri sendiri oleh sahabat semua.

Hal yang wajib dilakukan saat menentukan angle pembahasan adalah mencatatnya biar tidak ambyar, sekalian ditulis kapan akan eksekusi. Saran Al-Faqir, semoga berkenan, sediakan buku khusus untuk angle ini. Kalau Al-Faqir ada buku khusus puisi, buku khusus cerpen, buku khusus opini, dll. Kenapa? Al-Faqir tempat salah dan lupa. Terkadang rasa malas menyeruak begitu saja, sehingga harus membuka catatan itu. Tapi, dengan catatan itu, insyaAllah kita akan memelihara komitmen dan konsisten menulis.

Dan kenapa bukan di hape? Hape bisa saja ngehang atau tanpa sadar Al-Faqir pencet reset atau setting awal. Ambyarkan? Dengan buku itu, peluang raib kecil, kecuali dicoret, diseret, dan disobek si kecil buat perahu kertas atau pesawat kertas.

Demikian pertemuan malam itu diakhiri dengan harapan dari SSCQer's semoga ilmu yang baru sukses di eksekusi.

Syukron jazakunallah Mba AFI dan Mba Farihah dan team. Semoga jariah berbalas surga. Aamiin.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.