Oleh: Ramsa Sahara
Hiruk pikuk kehidupan menjadikan manusia terus bergerak dan berpikir menyelesaikan masalah yang dihadapi. Masalah kehidupan yang beraneka warna. Ada yang menghadapi masalah keluarga, masalah anak yang putus sekolah. Ada yang mesti banting tulang mengejar rupiah demi menyambung kehidupan keluarga.
Ada juga seseorang yang masih berpikir dan mencari pekerjaan yang serba sulit. Walau punya skill dan pengalaman kadang tetap tidak ada jodoh dalam suatu pekerjaan. Terlebih bagi seorang muslim yang memegang prinsip halal haram dalam menapaki kehidupan, tentu akan selektif dalam mengambil setiap tawaran pekerjaan.
Maka muslim yang cerdas akan dituntut kreatif, solutif bagi masalah diri dan masalah umat. Ketika terpuruk dalam suatu problem akan berpikir serius dan menyelesaikannya sesuai kacamata Islam. Pertimbangannya adalah hukum syara. Seorang Muslim akan berusaha memilah mana pekerjaan halal dan mana yang syubhat. Mana yang jelas keharamannya dan mana wilayah abu-abu yang penting untuk dijauhi.
Sebagaimana hadis Rasulullah ﷺ :
عَنِ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: (( إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ، لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى، أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ، أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ )). رواه البخاري ومسلم، وهذا لفظ مسلم.
Dari Abu ‘Abdillah Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhuma berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya yang halal itu telah jelas dan yang haram pun telah jelas pula. Sedangkan di antaranya ada perkara syubhat (samar-samar) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui (hukum)-Nya. Barangsiapa yang menghindari perkara syubhat (samar-samar), maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang jatuh ke dalam perkara yang samar-samar, maka ia telah jatuh ke dalam perkara yang haram. Seperti penggembala yang berada di dekat pagar larangan (milik orang) dan dikhawatirkan ia akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa setiap raja memiliki larangan (undangundang). Ingatlah bahwa larangan Allah adalah apa yang diharamkan-Nya. Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasadnya; dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati. (Diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim, dan ini adalah lafazh Muslim).
Nah, berpegang pada dalil ini tentu selayaknya membuat Muslim akan berpikir kritis, kreatif dan banyak akal atau banyak cara menghasilkan suatu karya atau suatu produk. Hasil berpikir cerdas, kreatif akan menghadirkan ide cemerlang yang di luar kebiasaan. Berpikir "out of the box". Sehingga melahirkan pilihan cerdas dalam menyikapi berbagai masalah yang didapati.
Sebagai suatu gambaran saat kita memanfaatkan gula yang terbayang gula itu hanya sebagai pemanis makanan atau sajian buka puasa misalnya. Namun, bagi orang yang "kreatif" gula itu bisa dibuat jadi khamr, begitu pula beras, anggur dan kurma. Di posisi inilah pilihan cerdas berdasarkan iman harus menentukan, mau dijadikan apa karunia Allah ini. Mau dimanfaatkan dalam ranah halal atau haram atau dalam ranah syubhat, tentu butuh kedalaman ilmu dan landasan iman yang kokoh.
Saat ini kita masih menyaksikan sebagian Muslim memilih mengkreasikan kurma, anggur, gula jadi sesuatu yang haram karena faktor ketidaktahuan atau faktor minimnya iman. Hal ini merupakan problem bagi kaum Muslimin karena masih terjebak dengan pandangan untung rugi dan kenikmatan dunia. Masih ada yang beranggapan rugi jika gula hanya jadi pemanis, untungnya cuma sedikit, jika dijadikan minuman keras akan berlipat ganda keuntungannya. Naudzubillah.
Inilah gambaran nyata umat islam di dunia. Masih menghitung-hitung dan mengutamakan untung duniawi, lupa hari pertimbangan amal. Di masa itu keuntungan harta tidak terpakai. Seolah lupa bahwa hidup tak hanya di dunia saja, namun ada kehidupan kekal yang menuntut bekal yang tak sedikit.
Pilihan cerdas bagi seorang muslim yakni mengambil apa saja yang Allah halalkan atau mengerjakan perbuatan halal dan menjauhi yang haram, meski tampak perbuatan haram itu mendatangkan keuntungan. Berusaha menjauhi keharaman meski banyak yang memilih dan melakukannya.
Mari memikirkan kalam indah Illahi berikut ini, agar jadi renungan dan sarana mencerdaskan diri, sebuah kalimat pernyataan yang luar biasa dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 67 berikut ini :
وَمِنْ ثَمَرٰتِ النَّخِيلِ وَالْأَعْنٰبِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا ۗ إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Artinya :
"Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan".
MasyaAllah, sebuah pernyataan atau bisa jadi sindiran agar manusia banyak berpikir mendalam, merenungi kekuasaan Allah. Berpikir hingga taraf cemerlang agar terus mendapat solusi islami dan mencerdaskan umat. Memberikan kesempatan diri lebih banyak bertafakur dan memberi pencerahan bagi umat. Terus mengkaji Islam agar pikiran jernih, cemerlang dan solutif sesuai aturan Ilahi.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”