Type Here to Get Search Results !

TABIAT PEMBANGKANG


Oleh: Desi

Di dalam surat Al-Baqarah, dikisahkan bagaimana buruknya perangai kaumnya Nabi Musa Alaihissalam. Pada ayat 58 disebutkan bahwa mereka diperintahkan untuk memasuki Baitul Maqdis dengan bersujud sambil memohon ampun agar dibebaskan dari dosa.

Tetapi mereka memasuki gerbang itu dengan tidak mengindahkan perintah Allah. Mereka justru masuk dengan mengangkat kepala sambil merangkak membelakangi Baitul Maqdis dan mengganti kalimat doa ampunan dengan olokan. Jelas ini sebuah penghinaan terhadap perintah Allah. Maka pada ayat berikutnya Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
"Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka kami turunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu, karena mereka (selalu) berbuat fasik." (QS. Al-Baqarah: 59).

Allah telah memerintahkan mereka untuk tunduk pada perintah, baik ucapan maupun perbuatan. Tetapi, sesuka hati mereka mengganti perintah tersebut. Ketika mereka diperintahkan untuk masuk sembari bersujud, mereka masuk sambil merangkak di atas pantat dan membelakangi dengan mengangkat kepala.

Mereka juga diperintahkan untuk mengucapkan sebuah doa, "Hapuskanlah semua dosa dan kesalahan kami." Tetapi mereka malah mengolok-olok perintah tersebut dengan mengganti kalimatnya. Dengan nada mengolok mereka mengatakan, "Biji-bijian dalam gandum." Hal ini merupakan pembangkangan dan pengingkaran.

Tabiat mereka yang pembangkang telah Allah jelaskan di ayat-ayat lainnya. Hal ini harus menjadi perhatian bagi kita yang masih hidup agar tidak seperti mereka. Tetapi pada dua ayat di atas saja sudah banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil.

Kisah yang telah lalu sudah jelas pihak mana yang benar dan pihak mana yang salah. Maka secara otomatis kecondongan hati kita pun akan lebih jelas memihak pada yang benar. Tetapi lain halnya ketika peran itu berlangsung dan kita lah yang menjadi tokohnya. Apakah kita akan gamblang mengidentifikasi pihak yang benar?

Mari kita lihat kehidupan kita hari ini. Sebagai contoh, perihal berjilbab saja, sudahkah kita berjilbab sesuai dengan perintah Allah atau masih enggan dengan berbagai alasan? Contoh lain yang begitu kronis menjangkiti umat hari ini adalah riba yang sudah sangat memasyarakat. Padahal jelas-jelas Allah telah mengharamkan riba. Sudah mampukah kita meninggalkan larangan Allah ini?

Mari kita telaah lebih jauh, sejauh mana kita mengenal Islam sebagai dienul haq yang datang dari Allah yang dibawa oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. Apakah kita memahami Islam hanya sebagai agama ritual saja? Atau sudah pada pemahaman bahwa Islam adalah mabda yang harus diterapkan pada sebuah institusi negara?

Tentu kita sudah yakin bahwa Allah adalah Al-Khaliq. Tetapi kita juga harus paham bahwa Allah juga Al-Mudabbir yaitu Sang Maha Pengatur. Allah telah membuat aturan tanpa cacat karena Allah Maha Sempurna. Aturan itu komplit tersusun rapi dalam Al-Qur'an sebagai pedoman kehidupan manusia yang menghadirkan solusi tuntas. Pun Rasulullah sebagai pemimpin dan teladan umat, sabdanya dalam hadist sebagai panduan umatnya agar tidak tersesat.

Allah sebagai Al-Khaliq telah kita sembah. Lalu sudahkah kita sami'na wa ato'na tanpa pilah-pilih, tanpa tapi dan tanpa nanti kepada Allah sebagai Al-Mudabbir? Jika sudah maka kita akan memperjuangkan agar syariat Allah tegak kembali di muka bumi ini sebagaimana dulu Rasullullah ﷺ pun menegakkannya yang kemudian diteruskan oleh Khulafaur Rasyidin dan Khalifah setelahnya hingga lebih dari 1300 tahun berkuasa.

Sebenarnya Allah telah menurunkan syariat sebagai standar perbuatan manusia. Syariat itu bukan pengekang kebebasan tapi pengikat manusia agar tidak terperosok pada jurang kemaksiatan.

Mampukah kita jeli melihat kebenaran sesuai pandangan Allah seperti awasnya mata kita yang melihat kebenaran pada kisah-kisah terdahulu? Hari ini kitalah pemerannya. Maka jangan tarik tabiat pembangkang orang-orang yang Allah murkai dalam kehidupan kita hari ini.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.