Oleh: Honriani Nst
Jika kita memperhatikan isi Al-Qur’an, maka kita akan menemukan berbagai kisah di dalamnya. Termasuk kisah penciptaan manusia pertama, Adam a.s dan kisah dikeluarkannya Nabi Adam a.s dari surga-Nya. Allah ﷻ melalui wahyu-Nya menyampaikan kepada para malaikat-Nya bahwa Dia akan menciptakan manusia di muka bumi sebagai khalifah. Setelah Allah menyampaikan rencananya tersebut, Allah pun menciptakan Nabi Adam di surga. Setelah itu Allah ﷻ pun menciptakan Hawa sebagai pendamping Nabi Adam a.s. Nabi Adam dan Hawa hidup dengan penuh kenikmatan di surga.
Allah ﷻ menyediakan semua hal yang dibutuhkan kepada makhluk surga. Nabi Adam tak perlu bekerja agar bisa mendapatkan makanan yang enak, karena Allah sudah meyediakan di surga makanan yang terbaik. Begitu juga halnya, Nabi Adam pun tak perlu harus membangun rumah di surga, karena Allah sudah menyediakan tempat tinggal yang nyaman bagi penghuni surga. Ringkasnya, Allah menyediakan semua fasilitas yang dibutuhkan oleh makhluk-Nya tanpa mereka perlu berusaha, penghuni surga tinggal menikmati segala fasilitas yang ada di surga.
Hanya saja ada satu perkara yang dilarang oleh Allah ﷻ untuk dilakukan Nabi Adam dan Hawa. Allah ﷻ melarang mereka memakan buah dari salah satu pohon yang ada di surga. Sebagian ulama mengatakan bahwa pohon yang dilarang itu adalah pohon gandum, wallahu a’lam.
Awalnya nabi Adam dan Hawa mematuhi larangan Allah ﷻ itu, mereka selalu menjauhi pohon tersebut dan tidak pernah terpikir untuk melanggar larangan Allah. Namun suatu saat setan yang sudah dikutuk Allah ﷻ (karena setan tidak mau bersujud kepada Nabi Adam a.s) berusaha menggoda nabi Adam dan Hawa untuk mau memakan buah dari pohon yang dilarang oleh Allah ﷻ itu. Awalnya Adam dan Hawa tidak tergoda. Karena Adam dan tidak tergoda, setan pun mulai menggoda Adam dan Hawa dengan bersumpah atas nama Allah. Sumpah setan itulah yang membuat Adam dan Hawa tergoda. Ini sebagaimana dinyatakan Allah ﷻ dalam ayat cinta-Nya:
فَدَلاهُمَا بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ (22)
Maka setan membujuk keduanya (untuk merasakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupi¬nya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, 'Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua'?" (QS. Al-A’raf Ayat 22)
Ibnu Abbas menceritakan bahwa pohon yang Allah larang untuk Adam dan istrinya memakannya ialah pohon gandum. Setelah keduanya memakan buah pohon itu, maka dengan serta-merta kelihatanlah aurat keduanya… Kemudian Adam a.s. berlari ke dalam kebun surga, dan bergantunglah pada kepalanya suatu jenis pohon surga. Maka Allah memanggilnya, "Hai Adam, apakah engkau lari dari-Ku?" Adam menjawab, "Tidak, tetapi saya malu kepada Engkau, wahai Tuhanku." Allah berfirman, "Bukankah segala sesuatu yang Aku anugerahkan dan Aku perbolehkan untukmu dari buah-buahan surga tidak cukup sehingga engkau berani memakan apa yang Aku haramkan kepadamu?" Adam menjawab, "Tidak, wahai Tuhanku. Tetapi demi keagungan-Mu, saya tidak menduga bahwa ada seseorang yang berani bersumpah dengan menyebut nama Engkau untuk dusta."
Ibnu Abbas mengatakan bahwa hal tersebut adalah apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ
Dan setan bersumpah kepada keduanya, "Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua." (QS. Al-A'raf Ayat 21)
Allah berfirman, "Demi Keagungan-Ku, Aku benar-benar akan menurunkan kamu ke bumi, kemudian kamu tidak dapat memperoleh penghidupan kecuali dengan cara demikian."
Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa Adam lalu diturunkan dari surga, padahal sebelum itu keduanya memakan buah surga dengan berlimpah ruah dan tanpa susah payah. Kemudian ia diturunkan ke tempat (dunia) yang makanan dan minumannya tidak berlimpah, tetapi harus dengan susah payah. Maka mulailah Adam belajar membuat alat besi, dan diperintahkan untuk membajak, lalu Adam membajak dan menanam tanaman serta mengairinya. Ketika telah tiba masa panen, maka ia menuainya dan memilih biji-bijiannya serta menggilingnya menjadi tepung, lalu membuat adonan roti darinya, setelah itu baru ia memakannya. Tetapi Adam tidak dapat melakukan itu kecuali setelah Allah mengizinkannya.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa setelah Adam memakan buah pohon terlarang itu, maka dikatakan kepadanya, "Mengapa engkau memakan buah pohon yang telah Aku larang engkau memakannya?" Adam menjawab, "Hawalah yang menganjurkannya kepadaku." Allah berfirman, "Maka sekarang Aku akan menghukumnya, bahwa tidak sekali-kali ia hamil melainkan dengan susah payah, dan tidak sekali-kali ia melahirkan anak melainkan dengan susah payah." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa pada saat itu juga Hawa merintih. Maka dikatakan kepadanya, "engkau dan anakmu akan merintih."
Akhirul kalam, Nabi Adam a.s. dan Hawa pada awalnya diberikan Allah ﷻ kenikmatan hidup yang luar biasa di surga. Namun karena Nabi Adam dan Hawa melanggar satu larangan Allah ﷻ, maka Allah ﷻ menghilangkan segala kenikmatan surga dari keduanya dengan mengeluarkan keduanya dari surga-Nya. Mereka dikeluarkan ke bumi, dan di bumi mereka harus bersusah payah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lantas, bagaimana dengan kondisi umat saat ini? Seperti di Indonesia yang dianugerahi Allah ﷻ dengan sumber daya alam yang berlimpah, tapi kondisi kehidupan penduduk di negeri ini sarat dengan penderitaan. Bisa jadi, kondisi ini disebabkan penduduk negeri ini sudah terbiasa melanggar perintah Allah ﷻ sudah saatnya penduduk negeri ini melakukan taubat nasuha dengan menjalankan perintah Allah pada seluruh aspek kehidupan.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”