Oleh: Honriani Nst
Ketika maryam meninggalkan kampungnya saat dia mengandung anaknya, maka orang-orang di kampungnya merasa kehilangan. Hal itu disebabkan Maryam merupakan orang yang baik, berasal dari keluarga yang baik. Mereka pun mencari Maryam, hingga suatu saat mereka menemukan Maryam saat Maryam sudah melahirkan Nabi Isa a.s. Mereka pun mencela Maryam karena Maryam melahirkan seorang anak tanpa ayah. Mereka menuduh Maryam telah berzina. Celaan mereka itu dijawab oleh Maryam dengan menunjuk anaknya. Maksudnya anaknya yang akan menjawab pertanyaan kaumnya. Kaumnya heran dengan jawaban Maryam, menganggap bahwa Maryam menghina mereka. Nabi Isa pun menjawab celaan kaumnya itu dengan ayat Allah berikut:
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
Berkata Isa, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi". (TQS Maryam: 30)
Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsirnya menjelaskan bahwa mula-mula kalimat yang diucapkan Nabi Isa ialah menyucikan Zat Tuhannya dan membersihkan-Nya dari sifat beranak, kemudian mengukuhkan eksistensi dirinya sebagai hamba Allah, dengan kalimat:
إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ
Berkata Isa, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah." (Maryam: 30)
Selanjutnya Nabi Isa mengatakan kepada kaumnya bahwa Allah telah memberinya Al-Kitab (Injil) dan menjadikan Isa sebagai Nabi-Nya:
آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 30)
Jawaban Nabi Isa bahwa ia merupakan hamba Allah yang diberi kitab oleh-Nya dan diangkat-Nya sebagai Nabi dimaksudkan untuk membersihkan nama ibunya dari tuduhan berzina yang dilontarkan oleh kaumnya.
Diriwayatkan oleh Nauf Al-Bakkali bahwa setelah mereka mengucapkan kata-kata tuduhan yang tidak senonoh terhadap Maryam, saat itu ia (Isa) sedang menetek pada Maryam. Maka ia melepaskan payudara ibunya dan memalingkan mukanya ke arah kiri seraya berkata: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 30) sampai dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: selama aku hidup. (Maryam: 31)
Apakah Allah memberikan kitab Injil kepada Nabi Isa saat Nabi Isa masih kecil? Hal ini dijawab oleh Ikrimah bahwa maksud firman Allah: Dia memberiku Al-Kitab (Injil). (Maryam: 30) adalah Dia telah memutuskan bahwa Dia akan memberiku Al-Kitab dalam ketetapan-Nya.
Masalah pada saat usia berapa Nabi Isa diberikan Allah kitab Injil tidak perlu diperdebatkan, kita cukup meyakini melalui ayat ini bahwa Allah ﷻ memberikan kitab Injil kepada Nabi Isa.
Surat Maryam ayat 30 ini menjelaskan kepada kita bahwa jika Allah ﷻ berkehendak terjadi sesuatu, maka sesuatu itu pasti akan terjadi. Walau sesuatu itu menyelisihi fenomena alam ataupun ilmu pengetahuan. Hal seperti ini bukanlah hal yang mustahil bagi Allah, karena Allah ﷻ yang menciptakan semua yang ada, menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Fenomena alam pun terjadi atas kehendak Allah ﷻ begitu juga halnya dengan ilmu pun berasal dari Alah ﷻ.
Jika kita telusuri Al-Qur’an, maka kita akan menemukan banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Maha Berkehendaknya Allah ﷻ. Jika Allah ﷻ berkehendak terhadap sesuatu, Allah ﷻ cukup mengatakan ‘Jadilah, maka jadilah ia’. Begitulah hal yang terjadi pada Maryam, walau Maryam belum pernah disentuh oleh seorang lelaki tapi saat Allah berkehendak agar Maryam hamil, maka Maryam pun hamil. Begitu juga hal yang terjadi pada Nabi Isa, walau Nabi Isa masih bayi yang baru lahir, namun saat Allah berkehendak agar Nabi Isa bisa berbicara kepada kaumnya untuk membela ibunya, maka Nabi Isa pun bisa berbicara.
Kalau kita memahami Maha Berkehendaknya Allah ﷻ, tentu kita juga memiliki keyakinan yang sangat kuat bahwa suatu saat Allah ﷻ akan memberikan kemenangan (aturan Islam secara kaffah akan diterapkan di muka bumi ini) kepada umat Islam, apalagi kemenangan itu pun sudah dijanjikan Alah ﷻ dalam ayat-ayat cinta-Nya.
Akhirul kalam, sebagai seorang muslim sudah sewajarnya kita mengerahkan segala potensi yang dimiliki untuk memperjuangkan diterapkannya aturan Islam secara kaffah di muka bumi ini. Karena Allah menyuruh kita untuk memperjuangkannya. Pastikan posisi sebagai pejuang Islam, bukan sebagai penentang Islam.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”