Oleh: Arik Rahmawati
Di dalam surat Ali Imran ayat 169 sampai 171 dijelaskan bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu tidaklah mati. Akan tetapi mereka itu hidup di sisi Tuhan dengan mendapatkan rizki. Dari ayat ini sungguh kita mendapatkan penjelasan secara gamblang bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu sedang melanjutkan kehidupan. Mereka menuju tempat yang lebih baik daripada dunia. Mereka menuju tempat kesempurnaan dan keabadian. Mereka menuju tempat yang diharapkan oleh seluruh kaum mukminin.
Menurut ulama tafsir orang yang mati syahid itu ruhnya dimasukkan ke dalam burung yang berwarna hijau lalu burung itu melaju ke surga mengunjungi sungai-sungai di surga, mengunjungi bawah arasy untuk melihat pelita yang sangat indah. Mereka merasakan kegembiraan yang amat sangat.
Mereka para syuhada itu tidaklah mati sebagaimana anggapan orang-orang kafir yang takut mati. Mereka mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di medan perang itu sudah habis riwayatnya. Mereka sudah tidak mendapatkan apa-apa lagi dan akan ditinggalkan oleh seluruh keluarganya. Inilah kematian menurut orang-orang munafik. Sehingga mereka semua takut mati.
Padahal kematian itu akan mendatangi siapa saja yang bernyawa. Meskipun ia bersembunyi di dalam gua maka kematian akan menghampirinya. Untuk itu tak perlu takut mati. Karena mati menurut ajaran agama Islam adalah melanjutkan kehidupan yang lebih baik daripada di dunia.
Disinilah Allah ﷻ hendak menjelaskan bahwa kematian yang mulia itu adalah kematian di jalan Allah ﷻ. Kematian karena mengemban amanah-Nya. Kita mendapat rizki yang cukup dari-Nya. Rizki itu adalah sesuatu yang selalu dicari-cari manusia ketika di dunia. Sebab dari rizki inilah kita bisa hidup. Ketika rizki kita dicukupkan oleh Allah ﷻ berarti kita bisa hidup tenang di sisi-Nya. Tak perlu ada rasa khawatir. Karena Tuhan memiliki segala-galanya. Langit, bumi dan alam semesta ada dalam genggaman-Nya. Tuhan memberikan apa yang kita minta. Untuk itu hidup di sisi Tuhan tentunya lebih baik daripada hidup di sisi manusia yang penuh kekurangan dan kelemahan.
Inilah pesan Allah ﷻ untuk seluruh orang yang beriman agar menghendaki mati sebagai syuhada. Harus ada niat kita untuk mati di jalan Allah ﷻ. Jika kita tidak ada niat untuk mati syahid maka artinya iman kita bermasalah. Maka dalam doa Rabithoh kita memohon supaya bila dihidupkan bisa mengenal Allah ﷻ dan jika dimatikan maka bisa mati syahid.
Akan tetapi permintaan untuk mati sebagai syuhada ini jelas tidak diinginkan oleh orang-orang munafik, keimanan mereka hanya di mulut saja. Tetapi di dalam hati masih menyimpan kekufuran. Maka Allah ﷻ hendak membedakan antara orang-orang beriman dengan orang-orang kafir.
Orang-orang beriman adalah orang yang tidak takut mati. Apa sebabnya? Sebabnya adalah dari kematian itulah mereka akan diberikan tempat yang terbaik di sisi Allah ﷻ. Kematian itulah yang mengantarkan dirinya ke tempat yang lebih sempurna daripada kehidupan di dunia. Jika semuanya akan mati. Lalu untuk apa kematian itu ditakuti? Mengapa kematian itu justru banyak dibenci? Seharusnya dengan kehidupan yang sementara ini kita persiapkan bekal yang optimal untuk kehidupan yang selanjutnya di akherat kelak.
Akan tetapi tak semua orang berharap mati syahid. Karena tak semua orang memiliki iman yang kokoh. Tinggal semua berpulang pada diri kita masing-masing. Apakah kita termasuk kelompok yang takut mati ataukah kita termasuk orang yang siap menyongsong kematian yang indah?
Tentunya kita tak mau kematian kita biasa saja. Tentunya yang kita inginkan adalah mati yang istimewa. Mati sebagai syuhada. Untuk itu dengan dikabarkannya keadaan para syuhada dalam Al-Qur'an harusnya menjadikan kita lebih bersemangat lagi dalam memperjuangkan agama-Nya. Bersemangat dalam menyebarkan risalah-Nya sampai titik darah penghabisan.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”