Oleh: Arik Rahmawati
Allah itu adalah Tuhan kita di dunia dan Tuhan kita di akhirat. Dialah yang berkuasa di dunia dan berkuasa di akhirat. Kekuasaannya di dunia adalah-Dia yang menciptakan manusia, memberi rizki manusia, yang memenangkan manusia, yang mengalahkan manusia, yang mengangkat derajat manusia, yang menjatuhkan derajat manusia, yang mengabulkan segala permintaan manusia, yang menunda permintaan manusia, yang menguji, dan yang mengatur segalanya di alam semesta ini. Allah-lah Tuhan kita yang sesungguhnya.
Allah menciptakan kita di dunia ini sepaket dengan ujiannya. Jika kita berhasil melaksanakan ujiannya maka kita boleh masuk surga. Jika tidak berhasil maka Allah amat cepat balasannya.
Jadi tugas kita di dunia ini adalah memastikan segala aktivitas kita semua itu karena Allah. Dalam setiap hidup yang kita jalani selalu kaitkan dengan perintah dan larangan Allah. Mulai bangun pagi untuk beribadah menghadap Allah. Kita beribadah hanya karena Allah. Kemudian mencari rezeki karena Allah, kita membangun keluarga karena Allah, kita berjuang karena Allah, kita berkorban karena Allah, pastikan semua yang kita lakukan ini semata-mata karena Allah.
Adanya Allah pada setiap aktivitas pastilah bernilai pada hidup kita. Jika tidak melibatkan Allah pasti akan rusak hidup kita. Sungguh tanpa menghadirkan Allah akan membuat tidak bernilainya hidup kita. Adanya Allah dalam kegiatan kita mencari rizki maka aktivitasnya akan bernilai pahala. Tidak menghadirkan Allah dalam mencari rizki maka sia-sialah amal kita. Karena kelak yang bermanfaat di hari akhir itu hanyalah keimanan.
Jangan beraktivitas hanya untuk kepentingan duniawi. Jangan pula agar ingin dipuji manusia, atau ingin mendapatkan kekayaan. Sebagai orang yang mengaku beriman maka hidup kita dunia ini hanya untuk tunduk dan patuh kepada Allah ﷻ.
Akan tetapi bagaimana kondisi umat Islam hari ini? Banyak yang sudah tak memperhatikan halal dan haram. Berjual beli dengan cara menipu dengan mengurangi timbangan. Masuk dunia politik dengan sogok menyogok, menipu, mengolok-olok lawan politik, menjegal, memalsukan data hingga membunuh lawan politik. Dalam berinteraksi bukannya menambah kasih sayang tapi menambah iri dan dengki. Ini semua tentunya akibat dari tak mengingat Allah dalam menjalani kehidupan. Maka orang seperti ini pasti gagal dalam menjalani hidup.
Harusnya Allah itu diingat dalam segala waktu. Ketika berdiri, duduk maupun berbaring. Artinya dalam setiap saat hendaknya kita selalu mengingat Allah.
Manusia sebagai khalifah di muka bumi sudah seharusnya memastikan apa saja yang dilakukannya itu tidak bertentangan dengan perintah dan larangan Allah ﷻ. Semua harus disesuaikan dengan perintah dan larangan-Nya tanpa terkecuali. Misalnya dalam mengurus urusan masyarakat maka wajib menggunakan aturan Allah. Dalam berinteraksi menggunakan aturan Allah, dalam berjual beli menggunakan aturan Allah. Dengan demikian mudah-mudahan kita berhasil hidup di dunia dengan baik dan berkat kasih sayang dan ampunan Allah kita dimasukkan ke dalam syurga-Nya. Inilah ujung pengharapan kita yaitu bisa masuk ke dalam syurga.
Dunia ini akan kita tinggalkan. Berapa lama kita tinggal di dunia ini. Kalau sudah tujuh puluh atau delapan puluh tahun tentunya itu sudah tidak lama lagi di dunia. Bukan berarti yang muda belakangan. Karena kita tidak tahu ajal seseorang itu sampai kapan. Belum tentu yang tua itu lebih dulu. Tetapi yang tua itu tentu tidak lebih lama lagi dari yang muda. Sebab usia manusia saat ini ditetapkan hanya sekitar tujuh puluh hingga delapan puluh tahun. Usia sembilan puluh tahun itu hanya bisa dihitung dengan jari. Seratus tahun itu sudah langka dan hampir tidak ada. Kebanyakan usia enam puluh tujuh puluh sudah meninggal dunia.
Berarti yang wajib kita perhatikan adalah bukan dunia yang akan kita tinggalkan tetapi akherat yang akan kita lalui. Kita akan menjalani akherat untuk selama-lamanya. Maka jika ingin berbekal maka berbekallah hari ini sebelum kematian itu tiba. Kalau sudah mati ingin memperbaiki diri itu mustahil atau sia-sia. Penyesalan ini tak ada gunanya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”