Oleh: Atik Setyawati
Galau, itu yang sering melanda setiap kali permasalahan datang. Bingung, bagaimana cara menyelesaikannya. Berbagai saran dari orang-orang sekitar telah dilaksanakan, tetapi masalah tak kunjung usai. Bahkan, terkadang masalah semakin runyam hingga nyaris membawa pada arah keputusasaan. Adanya masalah menjadi alasan agar diringankan kewajiban berdakwah dalam sebuah jamaah. Apakah ketika tugas diringankan bahkan dialihkan pada orang lain kemudian masalah teratasi?
Bagi mereka yang serius menyelesaikan permasalahan, adanya keringanan dapat menjadikannya berkonsentrasi untuk menyelesaikan masalah. Tapi, tidak sedikit yang berlarut-larut dalam masalah. Merasa nyaman dengan berkurangnya tugas, juga tidak menyelesaikan masalahnya. Jangan seperti itu, ya! Adanya kesempatan menyelesaikan masalah harus dimanfaatkan sedemikian rupa agar segera selesai. Banyak juga yang tidak menganggap masalah padahal jika kondisi itu menimpa orang lain, itu menjadi masalah yang besar.
Masalah yang datang harus diselesaikan apa pun hasilnya. Yang terpenting adalah ada upaya secara sadar untuk menyelesaikannya. Tetap melaksanakan semua kewajiban yang dibebankan pada kita, baik kewajiban yang sifatnya individu maupun berjamaah. Masalah yang memang pantas dianggap masalah segera diselesaikan. Tidak menjadikan sesuatu yang tak pantas sebagai masalah dan membuat masalah. Justru ini adalah masalah. Kok bisa? Bagi orang lain bukan masalah kok bisa padanya menjadi masalah.
Nah, jika masalah datang bertubi-tubi, tetap sabar menghadapinya. Dengan tetap menjalankan aktivitas lainnya. Dan berikutnya, kita akan menyaksikan bagaimana Allah memberikan penyelesaian terhadap masalah kita dengan cara-Nya yang indah.
Pernah suatu ketika diri saya, bingung mau menyelesaikannya sebuah permasalahan tetapi tidak menunjukkan masalah itu pada orang lain. Berdoa, memohon pada Allah pun bingung harus dengan redaksi apa. Tetap beraktivitas sewajarnya dengan menambah kedekatan diri pada Allah. Seraya berbaik sangka dan biarlah Allah yang menyelesaikan dengan cara Allah saja.
Alhamdulillah, terselesaikan juga masalah. Sungguh, Allah memang sebaik-baik pemberi penyelesaian terhadap masalah. Menjadi bertambah semangat, bertambah yakin, bahwa Allah akan senantiasa menolong mereka yang menolong agama-Nya. Lantas, dengan alasan apa menganggap layak meninggalkan kewajiban berdakwah jika masalah pribadi yang menimpa telah Allah selesaikan? Betapa malunya diri mendapati masih saja mencari celah untuk tidak mengerahkan segala daya dalam menyeru kebajikan. Cukuplah memohon ampunan dan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semoga Allah senantiasa mengampuni kelemahan diri dan menguatkan diri untuk terus menempuhi jalan dakwah. Insyaallah.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”