Oleh: Arik Rahmawati
Pada surat Al Anfal ayat 1 sd 4 menyebutkan tanda-tanda orang yang beriman. Al anfal maknanya adalah harta rampasan perang. Harta yang didapatkan setelah melaksanakan peperangan menghadapi orang-orang kafir. Setelah berperang musuh kalah lalu meninggalkan harta. Harta musuh yang telah ditinggalkan itulah yang disebut dengan harta rampasan perang. Dalam surat Al Anfal ini disebutkan bahwa harta rampasan perang ini adalah milik Allah dan rasul-Nya. Setelah diterangkan dalam Al Quran bahwa al anfal itu milik Allah dan rasul-Nya maka tak sepatutnya kaum mukminin itu memperebutkan harta rampasan perang tersebut. Tak sepatutnya kaum mukminin itu berkelahi memperebutkan harta tersebut karena pada dasarnya berperang itu bukan untuk mencari harta rampasan perang tetapi berperang itu adalah memperjuangkan agama Allah. Berperang itu menjalankan perintah Allah. Andaikan musuh itu kalah dan meninggalkan rampasan perang maka halal bagi orang-orang beriman untuk mengambil harta rampasan perang tersebut.
Untuk itu agar tidak ada perasaan iri dengki dan saling benci-membenci di antara mereka maka Allahlah yang membagi harta rampasan perang tersebut. Maka sikap yang selayaknya ditunjukkan oleh seorang mukmin itu adalah samikna wa athakna kami mendengar dan kami taat karena tujuan berperang itu semata-mata untuk beribadah kepada Allah bukan mencari harta. Berjihad di jalan Allah itu dalam rangka untuk mendapatkan derajat yang tinggi di hadapan Illahi Rabbi. Berjihad di jalan Allah itu dalam rangka untuk mendapat ampunan dari Allah. Al anfal itu bentuk jamak dari nafal yang maknanya kelebihan. Jadi berperang itu tujuannya memperjuangkan agama adapun akhirnya dapat harta rampasan perang itu bukan keutamaan.
Perang Badar inilah perang pertama yang dilaksanakan oleh kaum mukminin dengan kondisi yang tidak seimbang. Di mana jumlah kaum mukmin waktu itu jumlahnya lebih sedikit dibanding orang kafir. Mereka bertemu di Badar maka dinamakan perang Badar. Orang kafir Qurays berjumlah seribu lebih sedangkan orang yang beriman berjumlah sekitar 300-an. Kafir Qurays memiliki alat peperangan yang jauh lebih lengkap daripada orang Islam. Akan tetapi peperangan dimenangkan oleh kaum mukminin.
Orang yang dikatakan mukmin adalah orang yang mempunyai hubungan baik dengan Tuhan dan memiliki hubungan baik dengan sesama manusia. Tidak dikatakan beriman jika tidak memiliki hubungan baik dengan sesama manusia. Maka dalam perintah Allah ﷻ kita diminta untuk memperbaiki dasar hubungan kita dengan sesama manusia. Jika dasar hubungan kita pada sesama baik maka perselisihan itu tidak akan lama. Misalnya suami istri meski terjadi cekcok akan tetapi tidak akan lama hubungan mereka akan kembali baik karena di antara mereka berdua adalah ikatan pernikahan ikatan kasih sayang. Disinilah Allah ﷻ berpesan janganlah kalian berselisih apalagi soal materi.
Orang yang mencapai iman yang kuat itu bergetar hatinya jika disebut nama Allah ﷻ. Bisa jadi karena takut atau bisa jadi karena kagum. Apabila dibacakan Al Quran imannya bertambah kuat. Bacalah Al Quran seolah-olah dia turun untuk kamu. Bacalah Al Quran seolah-olah Allah berdialog dengan Anda. Baca Al Quran sebagai ibadah. Kalau kamu baca Al Quran sesuai perspektif pikiran kamu maka kamu akan memperoleh sesuatu tidak lebih dari pikiran Anda. Contohnya seorang anak kecil disodorkan toples isi kacang jika dia disuruh ambil pasti mengambil sesuai dengan kemampuan tangannya. Tapi kalau dia berkata tolong ambilkan saya. Maka kita bisa jadi memberi dia lebih banyak. Begitu juga dengan al Quran maka apabila dibacakan ayat-ayat Al Quran bertambahlah imannya. Bertambah pula pengetahuannya. Alam raya ini sama dari dulu hingga sekarang akan tetapi rahasianya terus terungkap. Begitulah orang yang membaca Al-Quran. Bisa jadi ayat-ayat yang sama juga yang dibaca setiap hari akan tetapi ada hal baru yang kita dapatkan. Inilah yang dimaksud bertambah imannya dan bertambah pengetahuannya.
Lalu dikatakan orang yang beriman adalah orang yang menjaga dan menjalankan sholatnya. Lalu menginfakkan sebagian rizkinya di jalan Allah.
Sikap para sahabat kala itu ada yang ingin mundur dari peperangan karena mereka mengukur kemampuannya hanya dari akalnya saja. Dalam pertempuran kekuatan mental jauh lebih besar daripada kekuatan fisik. Allah ﷻ punya rencana dan rencana Allah itu pasti terjadi meskipun orang- orang kafir itu membencinya. Akhirnya perang dimenangkan oleh umat Islam meski jumlah mereka sedikit. Tak ada yang mustahil jika Allah ﷻ berkehendak.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”