Oleh: Arik Rahmawati
...أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? ... (QS. Ar-Rum: 8)
Allah ﷻ memberikan akal kepada manusia bukan dengan tanpa tujuan serta main-main belaka. Allah memberikan akal kepada manusia agar supaya dengan akalnya dia bisa menemukan Tuhan-Nya. Allah memberikan akal kepada manusia agar ia memikirkan, merenungkan, memahami, serta memperhatikan seluruh makhluk-makhluknya. Betapa banyak makhluk yang Allah ciptakan di muka bumi ini. Ada makhluk hidup yang ada di dalam tanah ada yang diatas permukaan bumi dan ada yang hidup di udara. Betapa banyak ciptaan-Nya di alam raya ini.
Begitu pula kejadian manusia di dunia ini juga penuh dengan rancangan Allah ﷻ. Semula dari air sperma yang hina bisa berubah wujud menjadi manusia sempurna yang memiliki akal. Tentunya banyak tahap-tahap yang dilaluinya sehingga dia menjadi manusia yang sempurna. Menjadi manusia yang bisa berbicara, menjadi manusia yang memiliki naluri serta kasih sayang dan menjadi manusia yang memiliki impian dan harapan. Sungguh Allah pasti memiliki tujuan mulia menciptakan semua ini.
Allah menjelaskan tentang tujuan manusia dihidupkan di muka bumi ini adalah semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Ibadah itu meliputi unsur spiritual atau Hablumminallah, Hablumminannas, dan hablum Minan nafsi.
Hablumminallah misalnya sholat dan puasa. Sedangkan Hablumminannas meliputi sistem politik, sosial, ekonomi dan sanksi. Adapun habluminanafsi meliputi akhlaq, pakaian dan makanan. Semua itu sudah diatur sedemikian rupa di dalam syariat Islam.
Semua makhluk ini kalau kita perhatikan maka akan tercapai kesimpulan bahwa ini semua tidaklah terjadi dengan sendirinya. Karena semua makhluk yang hidup di dunia ini pasti akan berakhir. Nah siapa yang merancang bumi ini sedemikian rupa teraturnya dan mengakhiri semua ini?
Dengan pemikiran yang sempurna dan mendalam tentunya akan didapati bahwa pencipta alam itu pasti ada. Karena tak mungkin alam itu terjadi dengan sendirinya. Yang menciptakan semua ini tak lain dan tak bukan adalah Allah ﷻ.
Semua makhluk itu ada awal dan ada akhirnya. Begitu pula manusia juga diawali dari ketiadaan. Lalu mereka dihidupkan untuk sementara waktu di dunia agar mereka bisa memakmurkan bumi sesuai dengan kehendak Allah.
Keyakinan kita terhadap Allah sang maha Pencipta hendaknya diikuti dengan keyakinan kita bahwa Allah lah yang layak dan berhak mengatur seluruh urusan hidup kita. Melalui Rasulullah ﷺ kita mengenal semua syariat-Nya. Untuk itu dengan kita mengimani Allah hendaknya juga mengimani Rasul-Nya.
Akan tetapi penduduk Mekkah waktu itu yang di dakwahi Rasulullah ﷺ sebagian besar menolak. Hal ini ini disampaikan oleh Allah ﷻ dalam ayat berikutnya sebagai berikut,
وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ...
... Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan (hari) pertemuan dengan Tuhannya. (QS. Ar-Rum: 8)
Mengapa mereka menolak beriman? Jawabannya adalah karena mereka tidak mau memikirkan ayat-ayat Allah. Mereka mengesampingkan tanda tanda kekuasaan Allah. Mereka tidak memikirkan kejadian dirinya sendiri. Bagaimana sistem dalam tubuhnya ini bekerja. Ada sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem reproduksi yang semua bekerja tanpa henti. Dengan mempelajari keajaiban-keajaiban ini niscaya mereka yakin dan percaya akan pertemuan dirinya dengan Tuhannya suatu saat kelak.
Mereka yang tidak beriman tidak mau memperhatikan bagaimana proses penciptaan langit dan bumi. Mereka tidak memperhatikan tanda kekuasaan Allah di alam ini. Misalnya memikirkan tentang bagaimana proses terjadinya hujan, bagaimana proses terjadinya malam dan siang, bagaimana proses terjadinya angin serta banyak fenomena alam yang lainnya.
Dengan memikirkan tanda-tanda di alam semesta ini maka kita akan benar-benar yakin adanya campur tangan Allah di muka bumi ini. Kita akan yakin akan hari di mana manusia akan dibangkitkan kembali untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”