Oleh: Arik Rahmawati
اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya). (QS. Al-Anbiya Ayat 1)
مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ
Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main, (QS. Al-Anbiya Ayat 2)
لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ ۗ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا هَلْ هَٰذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ ۖ أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ
(lagi) hati mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, maka apakah kamu menerima sihir itu, padahal kamu menyaksikannya?" (QS. Al-Anbiya Ayat 3)
قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Berkatalah Muhammad (kepada mereka): "Tuhanku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. Al-Anbiya Ayat 4)
Di dalam surat Al Anbiya ayat 1 sampai 4 dijelaskan bahwa hari perhitungan itu semakin dekat akan tetapi manusia dalam kondisi lalai. Oleh karena itu di ayat ini Allah mengingatkan kepada manusia agar jangan sampai lalai. Mengapa? Karena akherat itu pasti akan datang. Dan setiap yang akan datang itu pasti dekat. Maksud kata dekat di sini bisa kita analogikan bahwa contohnya adalah ketika kita berjalan naik kereta api ke Blitar dari Cilacap. Maka Cilacap yang kita tinggalkan ini semakin menjauh dari tempat kita sedangkan kota Blitar yang kita tuju semakin mendekat.
Meski kiamat belum datang saat ini akan tetapi kiamat kecil pasti akan berlaku dari masing-masing kita. Apa itu kiamat kecil? Kiamat kecil tak lain dan tak bukan adalah kematian. Kematian itu akan datang secara tiba-tiba. Tak ada yang tahu kapan seseorang itu akan mati. Kematian itu bersifat pasti. Yang tidak pasti adalah waktunya. Kapan ia akan mati dan di bumi mana dia akan mati itu hanyalah Allah yang tahu.
Orang yang lalai ketika hidup di dunia biasanya amalnya itu tidak memiliki tujuan untuk akherat. Segalanya untuk main-main saja. Tak ada tujuan untuk akherat. Kalau permainan maka tujuannya adalah untuk bersenang-senang saja. Kalau sudah dapat kesenangan maka sudah selesai permainannya. Dia tak mendapatkan apa -apa.
Kita bisa melihat contohnya pada anak-anak kita ketika bermain bola di lapangan. Mereka senang sekali menendang bola satu atau dua kali setelah puas maka mereka pulang ke rumah. Sementara kita hidup di dunia ini bukan untuk bersenang-senang tetapi untuk meraih kemuliaan di akherat. Maka orang yang lalai pasti akan bermain-main sedang orang yang ingat pasti akan bersungguh-sungguh.
Dalam ayat ini diterangkan pula bahwa orang-orang yang lalai itu tidak menjadikan Al Qur an sebagai petunjuk. Mereka mencari-cari alasan agar tidak menerima Al Quran. Sebagaimana pada masa nabi Muhammad di Mekkah terdapat kaum kafir Qurays yang mereka adalah orang-orang yang menolak Al Qur'an. Jika mereka menolak Al Quran tentunya mereka juga menolak rasul. Jadi ada dua yang mereka tolak yakni menolak Al Qur'an dan menolak rasul. Maka mereka di dunia ini bermain-main serta terombang-ambing dalam kehidupan yang menipu mereka.
Mereka mengatakan bahwa Muhammad itu manusia biasa. Muhammad itu tak ubahnya seperti pada orang-orang lain umumnya. Bahkan mereka menuduh nabi Muhammad adalah tukang sihir. Ayat-ayat Qur'an yang dia baca itu bisa membalikkan kepercayaan dan pandangan manusia sehingga orang yang awalnya tidak mengikuti jadi mengikutinya. Lalu Allah memerintahkan nabi untuk bersabar atas perkataan kaumnya. Nabi Muhammad diminta untuk berserah diri hanya kepada Allah.
Bahwa Allah itu maha mendengar atas perkataan manusia. Allah itu maha mengetahui atas seluruh perbuatan manusia. Allahlah nantinya yang akan memberi keputusan terhadap mereka.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”