Oleh: Honriani Nst
Setiap membaca ayat Al-Qur’an, semestinya ada inspirasi baru yang diperoleh, hati makin jernih akal pun makin mampu menghubungkan antara setiap fakta dengan ayat-ayat al-Qur’an hingga mendorong fisik untuk menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Begitulah semestinya sikap orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya saat membaca Al-Qur’an. Dia akan segera meninggalkan segala amal yang bertentangan dengan isi Al-Qur’an, seandainya selama ini dia menjadikan riba sebagai mata pencaharian, maka dia pun segera meninggalkan aktivitas riba tersebut. Begitu juga seandainya selama ini dia memerintah rakyatnya dengan aturan sekuler, maka dia pun akan meninggalkan sekulerisme dan mengatur rakyat dengan aturan Islam pada seluruh aspek kehidupan.
Dorongan seseorang untuk beramal sesuai dengan aturan Islam karena kesadarannya bahwa isi Al-Qur’an itu benar karena merupakan perkataan Allah yang Maha Benar dan juga merupakan petunjuk hidup. Maka orang yang fasih membaca Al-Qur’an namun tidak beramal sesuai dengan Al-Qur’an maka bisa diibaratkan seperti hewan yang tak berakal (keledai).
Namun tak dipungkiri, ada saja manusia yang fasih bahkan hafal ayat-ayat Al-Qur’an namun menunjukkan sikap yang selalu menentang Al-Qur’an dan tunduk kepada Piagam PBB yang merupakan rancangan Kafir Barat untuk menghambat munculnya kembali peradaban Islam yang gemilang. Menurut kalangan ini, Piagam PBB lebih layak digunakan sebagai landasan membangun peradaban daripada menjadikan fikih klasik karya ulama-ulama besar yang digali dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kelompok yang fasih membaca Al-Qur’an ini namun tak menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya diibaratkan Allah ﷻ laksana keledai yang membawa kumpulan kitab yang tebal. Hal ini dinyatakan Allah ﷻ dalam ayat cinta-Nya surat Al-Jumuah ayat 5:
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (5)
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, bahwa Allah ﷻ mencela orang-orang Yahudi yang telah diberi kitab Taurat dan telah Dia bebankan kepada mereka kitab Taurat itu untuk diamalkan. Kemudian mereka tidak mengamalkannya, perumpamaan mereka dalam hal ini sama dengan keledai yang dipikulkan di atas punggungnya kitab-kitab yang tebal. Makna yang dimaksud ialah keledai itu tidak dapat memahami kitab-kitab yang dipikulnya dan tidak mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, karena keledai hanya bisa memikulnya saja tanpa dapat membedakan muatan apa yang dibawanya.
Demikian pula halnya dengan mereka yang telah diberi Al-Kitab, mereka hanya dapat menghafalnya secara harfiyah, tetapi tidak memahaminya dan tidak pula mengamalkan pesan-pesan dan perintah-perintah serta larangan-larangan yang terkandung di dalamnya. Bahkan mereka menakwilkannya dengan takwilan yang menyimpang dan menggantinya dengan yang lain. Keadaan mereka jauh lebih buruk daripada keledai, karena keledai adalah hewan yang tidak berakal, sedangkan mereka adalah makhluk yang berakal, tetapi tidak menggunakannya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A'raf: 179)
Dan dalam surat ini disebutkan Allah ﷻ:
بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (QS. Al-Jumu'ah: 5)
Pada ayat 5 ini memang disebutkan perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat. Namun menurut Penulis, selama tidak ada dalil/nash syar’i yang mengkhususkan ayat ini, maka ayat ini berlaku umum. Oleh karena itu makna ayat ini juga berlaku kepada orang-orang yang hafal Al-Qur’an namun menjalani kehidupan tidak sesuai dengan Al-Qur’an.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”