Oleh: Muslihah
Bertemu teman lama pasti nyaman ngobrol ke sana ke mari. Sampai tentang perawatan orang sakit oleh paramedis di rumah. Temanku bercerita saat neneknya sakit sebab usia tua, tak mau makan, seorang mantri kesehatan memberikan infus di rumah nenek. Petugas kesehatan itu datang sehari dua kali mengontrol, tentu dengan upah yang cukup tinggi bagi orang kebanyakan.
Sayangnya itu tak bisa disamaratakan. Saat ibu sakit, baik mantri ataupun bidan tak ada yang berani datang ke rumah untuk memberikan layanan kesehatan. Konon mereka takut merawat lansia. Meski sekedar memeriksa dan memberikan pertolongan pertama. Mereka hanya memberi saran agar pasien dirawat di rumah sakit.
Mengapa mereka sangat ketakutan?
Setelah aku analisa, aku menyimpulkan bahwa mereka khawatir beresiko. Bukankah orang sakit itu ada dua kemungkinan? Pertama sembuh, kedua meninggal. Sedangkan orang tua lebih dekat dengan meninggal.
Jika pasien meninggal dalam perawatannya, itu beresiko buruk pada citranya.
"Nenek Fulanah meninggal setelah mendapat obat dari mantri Nganu."
Mantri Nganu khawatir masyarakat jadi tak percaya pada kemampuannya. Ia takut warga tidak lagi memakai jasanya. Itu artinya penghasilan menjadi terancam.
Teringat sebuah peristiwa di perumahan. Seorang ibu melahirkan dan meninggal bersama calon anaknya di tempat praktik bidan. Tak ayal ia dihujat oleh warga. Papan namanya diturunkan dan dihancurkan. Wanita yang berprofesi menolong persalinan itu sampai stres.
Padahal mati itu sebuah keniscayaan. Meninggal dunia itu sudah ditentukan kapan dan dimana oleh Sang Pemberi kehidupan. Hanya Dia yang tahu jatah hidup masing-masing orang. Yang muda belum tentu jauh dari kematian, sedang yang tua belum tentu dekat dengan maut. Berobat dan memberi layanan kesehatan hanyalah usaha mencapai kesembuhan. Namun hasilnya menjadi sehat atau malah berpulang, itu semata kuasa Tuhan.
Sayangnya pendidikan masa kini tak menjadikan semua orang memahami hal ini. Sekularisme menjadi biang keladi. Menciptakan kebanyakan orang bertumpu pada dokter atau paramedis agar menjadi sehat. Seakan jika sakit lalu berobat maka pasti menjadi sembuh.
Kapitalisme membuat semua orang berpikir tentang bagaimana mendulang uang kapanpun di manapun. Lupa bahwa rezeki ada yang mengatur. Seakan menganggap hanya usahanyalah yang mendatangkan uang. Inilah buah sistem hari ini.
Sangat berbeda dengan sistem Islam. Menolong orang sakit bernilai insaniyah berharap pahala dari Allah saja. Di sisi lain kesehatan merupakan hak rakyat. Oleh sebab itu negara wajib memberikan layanan pengobatan secara gratis. Sebagaimana dicontohkan Rasulullah yang menggratiskan hal itu untuk masyarakat di masanya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”