Tak terasa, hanya dalam rengkuhan hari, kaum Muslim di seluruh dunia akan kedatangan bulan penuh kemuliaan: Ramadhan. Bulan penuh keutamaan di dalamnya Allah ﷻ melipatgandakan pahala, menurunkan rahmat dan ampunan-Nya yang berlimpah-ruah bagi para hamba-Nya yang berpuasa di dalamnya dengan penuh keimanan dan hanya mengharap ridha-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Siapa saja yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan hanya mengharap pahala-Nya, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni (HR Muttafaq ‘alayh).
Dipenuhi Keutamaan
Allah ﷻ meletakkan banyak keutamaan pada bulan Ramadhan melebihi bulan-bulan yang lain. Baginda Nabi Muhammad ﷺ menyebut Ramadhan sebagai penghulu bulan. Sabda beliau:
سَيِّدُ الشُّهُورِ شَهْرُ رَمَضَانَ، وَسَيِّدُ الْأَيَّامِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ
Penghulu bulan adalah Ramadhan dan penghulu hari adalah Jumat (HR Ibnu Abi Ad-Dunya’).
Di antara keutamaan dan kemuliaan bulan Ramadhan adalah: Pertama, Ramadhan adalah bulan ‘pembakaran’ atau penghapusan dosa-dosa. Ramadhan, dari kata ‘ramadha’, bermakna panas. Para ulama menyebut Ramadhan sebagai bulan panas yang membakar/menghapus dosa-dosa orang-orang yang beriman. Dalam riwayat Anas bin Malik, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا سُمِّيَ رَمَضَانُ لِأَنَّهُ يَرْمِضُ الذُّنُوبَ
Sungguh dinamakan Ramadhan karena ia membakar dosa-dosa (Asy-Saukani, Fath al-Qadîr, 1/240).
Maknanya, dengan beribadah puasa Ramadhan, dosa-dosa yang ada dalam diri umat Islam akan hilang. Puasa Ramadhan akan menghapus dan menghilangkan dosa-dosa mereka (Al-Mawardi, Al-Hâwi al-Kabîr li al-Mawardi, 3/854).
Hadis di atas sejalan dengan sabda Nabi ﷺ yang lain:
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
Shalat lima waktu, Jumat yang satu ke Jumat berikutnya dan Ramadhan yang satu ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar (HR Muslim).
Kedua, Ramadhan adalah bulan turunnya al-Quran. Allah ﷻ berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِى أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ
Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya al-Quran diturunkan, sebagai petunjuk bagi manusia serta berisi ragam penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil) (TQS al-Baqarah [2]: 185).
Al-Quran adalah wahyu Allah ﷻ sekaligus mukjizat terbesar untuk Rasulullah ﷺ. Al-Quran juga merupakan hujjah dalam berdakwah dan sumber hukum bagi kaum Muslim. Allah ﷻ telah memilih Ramadhan sebagai bulan turunnya al-Quran pada malam yang penuh keberkahan.
إِنَّا أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ , إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
Sungguh Kami telah menurunkan al-Quran pada suatu malam yang diberkahi dan sungguh Kamilah Pemberi peringatan (TQS ad-Dukhan [44]: 3).
Pada malam yang disebut Lailatul Qadar ini Allah ﷻ memerintahkan para malaikat yang dipimpin Jibril as. untuk membawa keselamatan dan kebaikan sepanjang malam tanpa ada keburukan hingga terbit fajar. Demikian penjelasan Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya.
تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ . سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Pada malam itu turun para malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar (TQS al-Qadar [97]: 4-5).
Ketiga, Ramadhan bulan yang di dalamnya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Keadaan seperti itu tidak terjadi pada bulan-bulan lain. Hanya ada sepanjang Ramadhan dari awal hingga akhir. Nabi ﷺ bersabda:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Saat Ramadhan tiba pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu (HR al-Bukhari dan Muslim).
Imam Ibnu Hajar menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan setan-setan dibelenggu adalah mereka tidak bebas mengganggu kaum Muslim sebagaimana bebasnya mereka pada waktu lain di luar Ramadhan. Ini karena kaum Muslim sibuk dengan puasa yang menahan syahwat mereka, juga karena kaum Muslim sibuk dengan membaca al-Quran dan zikir.
Ulama lainnya menyebut bahwa yang dimaksud setan-setan dibelenggu adalah sebagian dari mereka, yakni kalangan pembesar dari para setan. Sebagian lagi menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan setan-setan dibelenggu adalah mereka dilemahkan sehingga tidak mampu mengganggu dan memperdaya syahwat.
Keempat, Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya pahala dilipatgandakan. Allah ﷻ berfirman dalam hadis qudsi:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى
“Setiap amal kebaikan manusia akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat.” Allah ﷻ berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalaskan pahalanya. Hal itu karena orang yang berpuasa telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Menjaga Ketaatan
Bergembira dan bersemangat menyambut Ramadhan seharusnya mengisi rongga dada seorang Mukmin. Karena setiap Mukmin sejatinya paham betapa besar kemuliaan dan balasan kebaikan yang Allah limpahkan pada orang-orang yang beramal salih selama bulan Ramadhan.
Imam Ibnu Rajab al-Hanbali berkata; “Sebagian salaf berkata, ‘Dulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih selama Ramadhan yang lalu) mereka.’” (Ibnu Rajab, Lathâ’if al-Ma’ârif, hlm. 232).
Kegembiraan itu karena selama satu bulan mereka akan dinaungi keberkahan, yang di dalamnya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya setiap doa dikabulkan, ampunan diberikan dan ganjaran amal dilipatgandakan. Orang-orang yang berpuasa selama Ramadhan juga dibahagiakan dua kali oleh Allah ﷻ, yakni saat berbuka puasa dan saat berjumpa dengan-Nya kelak di dalam surga-Nya.
Meski demikian, sikap mawas diri juga sepatutnya dimiliki. Sebabnya, Nabi ﷺ mengingatkan bahwa ternyata ada orang-orang yang justru merugi manakala Ramadhan tiba dan berlalu. Sabda beliau:
قَالَ لِي جِبْرِيلُ: رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَقُلْتُ: آمِينَ
Jibril as. berkata kepada diriku, “Sungguh sangat merugi seseorang yang masuk ke dalam bulan Ramadhan, lalu tidak diampuni dosanya.” Aku pun mengucapkan: Âmîn (Ya Allah, kabulkanlah).” (HR al-Bukhari).
Mereka yang merugi selama Ramadhan disebabkan dua hal. Pertama: Mereka mengerjakan ibadah shaum, tarawih dan beragam amal lainnya bukan karena iman dan mengharap ridha Allah ﷻ. Mereka beribadah dengan riya dan sum’ah, seperti untuk pencitraan. Saat demikian, gugurlah pahala-pahala dan kesempatan mendapatkan maghfirah Allah ﷻ. Sebabnya, syarat untuk meraih maghfirah-Nya adalah beramal semata-mata karena iman dan mengharap ridha-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَن صَامَ رَمَضَانَ، إيمَانًا واحْتِسَابًا، غُفِرَ له ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ
Siapa saja yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan semata-mata mengharap ridha Allah maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR al-Bukhari).
Kedua, mereka berpuasa hanya menahan lapar dan haus saja, sementara lisan dan badan mereka terus melakukan kemaksiatan. Rasulullah ﷺ bersabda:
رُبَّ صائمٍ حَظُّهُ مِن صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
Boleh jadi orang yang berpuasa itu ganjaran dari puasanya hanya rasa lapar dan dahaga (HR al-Bukhari).
Dalam Hadis Nabi ﷺ. yang lain juga dinyatakan:
مَن لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ والعَمَلَ بِهِ، فليسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ في أنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وشَرَابَهُ.
Siapa saja yang tidak meninggalkan kedustaan dan tetap melakukan kemaksiatan, Allah tidak membutuhkan amalan (puasa)-nya yang di dalamnya dia meninggalkan makanan dan minumannya (HR al-Bukhari).
Termasuk kemaksiatan di sini adalah sengaja mencampakkan hukum-hukum Allah ﷻ; memfitnah dan menyebar permusuhan kepada sesama Muslim; serta berkolaborasi dengan orang-orang zalim, padahal Allah ﷻ telah mengingatkan agar jangan cenderung kepada orang-orang zalim (Lihat: QS Hud [11]: 113).
Karena itu sambutlah Ramadhan dengan kesiapan iman dan takwa. Jadikan Ramadhan tahun ini sebagai kesempatan melakukan perubahan diri menjadi insan yang lebih baik di hadapan Allah ﷻ. Totalitas dalam ketaatan bukan hanya sesaat selama Ramadhan, lalu melupakan Allah ﷻ serta perintah dan larangan-Nya begitu Ramadhan usai. Sungguh, kita mengharapkan rahmat dan ampunan Allah ﷻ setiap saat agar diri ini layak melewati pintu Rayyan di surga-Nya yang telah disiapkan bagi orang-orang yang berpuasa dengan penuh ketaatan.
Hikmah:
مَن يَعْزِمُ عَلىَ تَرْكِ اْلمَعَاصِي فِي شَهْرِ رِمَضَانَ دُونَ غَيْرِهِ؛ فَلَيْسَ هَذَا بِتَائِبٍ مُطْلَقًا!
Siapa saja yang bertekad meninggalkan maksiat pada bulan Ramadhan saja, tanpa memiliki tekad yang sama pada bulan-bulan lainnya, ia bukanlah orang yang benar-benar bertobat. (Ibnu Taimiyah, Majmû’ al-Fatâwâ, 10/743).
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Kaffah Edisi 286