Oleh: Lia Herasusanti
"Assalamu'alaikum..."
Aku mengucapkan salam sambil mengambil posisi disamping pintu. Meski pintu sedikit terbuka, kami, aku dan temanku tak berani memasukkan pandangan ke dalam rumah. Teringat hadits dari Sahal bin Sa'ad berkata, seseorang mengintip dari lubang pada kamar Nabi ﷺ ada al-midra (seperti sisir dari besi atau kayu) untuk menggaruk kepalanya. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, "Seandainya aku tahu bahwa kamu mengintip (melihat), maka aku pasti menusukkan ini ke matamu. Sesungguhnya minta izin itu disyaratkan untuk menjaga pandangan mata 'dalam lafadz lain' sesungguhnya Allah ﷻ menjadikan izin untuk menjaga pandangan mata". (HR.Bukhari dan Muslim, Tirmidzi, Nasa'i dan Ahmad)
Itulah yang menyebabkan kami bertahan disamping pintu. Menjaga supaya pandangan mata kami tak mendahului masuk ke dalam rumah, sementara pemilik rumah belum memberikan izin. Dan ketika tiga kali salam telah tersampaikan dan pemilik rumah tak kunjung keluar, kami memutuskan untuk meninggalkan rumah.
Sayang? Betul, sangat disayangkan. Setelah kami jauh-jauh datang ke rumah beliau, pintu rumah terbuka pertanda pemilik rumah ada di rumah, tapi saat salam 3x tak terjawab, terpaksa kami harus balik badan. Karena memang begitulah adab bertamu. Ada kemungkinan, pemilik rumah sedang tak siap menerima tamu. Dan itu bagian dari resiko berkunjung tanpa membuat janji terlebih dahulu.
Betapa indahnya Islam mengatur segala sesuatunya, tak hanya urusan besar, bahkan urusan kecil pun begitu detil diatur. Masya Allah tabarokallah.
Dalam Al-Qur'an surat An Nuur ayat 27 mengingatkan,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat".
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”