Oleh: Honriani Nst
Kematian bagi setiap makhluk yang bernyawa merupakan hal yang pasti, kita hanya menunggu giliran kapan malaikat pencabut nyawa mendatangi kita. Saat malaikat maut datang mencabut nyawa maka dimulailah fase kehidupan alam kubur. Sang mayit akan tinggal di alam kubur hingga tiba hari kebangkitan. Saat hari kebangkitan tiba, mulailah berlangsung sidang pengadilan Allah ﷻ yang menyidangkan setiap perbuatan makhuk-Nya selama di dunia.
Saat masa itu tiba, tak ada satu manusia pun yang bisa mengelak dari setiap tuntutan Allah ﷻ terhadap semua perbuatan makhluk-Nya di dunia. Bahkan setiap anggota tubuh manusia pun akan menjadi saksi yang mengatakan apa adanya selama manusia hidup di dunia, tak dikurangi dan tak ditambah. Saat masa itu tiba, maka orang-orang kafir, orang-orang yang mengingkari aturan Allah ﷻ pun dalam keadaan sangat menyesal hingga mereka pun meminta kepada Allah ﷻ agar mereka dikembalikan ke dunia untuk menjadi makhluk yang taat kepada Allah ﷻ dalam setiap aktivitasnya. Hanya saja permintaan itu tak kan pernah dipenuhi Allah ﷻ. Kalau pun Allah ﷻ mengembalikan mereka ke dunia mereka akan tetap ingkar kepada Allah ﷻ, begitulah Allah ﷻ menjelaskan sebagian sifat orang-orang kafir saat hari penghisaban tiba.
Sebelum masa itu tiba, hendaknya manusia merenungkan tujuan hidupnya. Setiap manusia tentu memiliki tujuan hidup yang sama yaitu ingin hidup bahagia. Hanya saja masing-masing orang berbeda dalam memahami makna bahagia dan cara meraih kebahagiaan itu. Padahal, jika manusia mau saja berfikir dengan benar, makna bahagia dan cara meraih bahagia itu sudah disampaikan Allah ﷻ dalam Al-Qur’an dengan sangat jelas. Tapi, manusia merasa lebih hebat dari Allah ﷻ, maka manusia pun mendefenisikan sendiri makna bahagia dan menentukan cara meraih kebahagiaan menurut akalnya semata tanpa mengikuti ketentuan dari Allah ﷻ Yang Maha Tahu dan Maha Benar.
Bahagia menurut manusia yang sombong ini adalah saat manusia berlimpah harta benda, menduduki posisi pejabat. Karena itu manusia pun mulai melakukan segala cara bahkan menghalalkan apa yang diharamkan Allah ﷻ demi mendapatkan harta yang berlimpah dan demi duduk di kursi jabatan. Tak jarang kita mendengar manusia-manusia seperti ini akan mengambil harta waris dari pewaris tanpa mengikuti aturan Islam, tak jarang manusia-manusia seperti ini membagi warisan sesuai hawa nafsu mereka. Maka dalam kancah kehidupan ini tak jarang juga kita mendengar pernyataan dari seorang istri setelah suaminya meninggal dunia: “Harta waris almarhum suami saya jangan dibagi sebelum saya meninggal dunia”. Begitu juga halnya pernyataan seorang suami ketika istrinya meninggal dunia: “ Harta waris istri saya jangan dibagi selagi saya masih hidup”.
Begitu juga pernyataan masyarakat awam saat ada keluarga yang menyegerakan pembagian waris dari mayit: “Kok harta waris mayit cepat sekali dibagikan, padahal kan belum sampai satu bulan meninggal dunia, kok ahli warisnya rakus harta ya!” Pernyataan-pernyataan seperti ini akhirnya menggiring umat manusia menunda-nunda pembagian harta waris. Manusia, khususnya umat Islam seolah lupa bahwa Allah ﷻ memerintahkan umat manusia untuk segera melaksanakan syariatnya termasuk membagi harta waris sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah ﷻ. Efek dari opini yang salah ini, tidak jarang harta waris tetap tidak dibagi sampai tujuh turunan yang memberikan akibat terjadinya kezaliman di tengah-tengah manusia.
Akhirul kalam, sebagai seorang muslim, bukankah semestinya kita menaati setiap perintah Allah ﷻ, termasuk dalam masalah pembagian waris? Saat ada anggota keluarga yang meninggal dunia, segerakanlah membagi warisan dan bagilah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah ﷻ. Bukankah Allah sudah menyatakan hal ini dalam beberapa ayat cinta-Nya? Jika manusia mengikuti ketetapan Alah ﷻ maka syurga menjadi tempat mereka kelak di akhirat. Sedangkan jika manusia tidak mengikuti ketetapan Allah ﷻ, maka neraka tempat yang layak bagi manusia. Hal ini sebagaimana dinyatakan Allah ﷻ dalam ayat berikut:
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ خالِدِينَ فِيها وَذلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (13) وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خالِداً فِيها وَلَهُ عَذابٌ مُهِينٌ (14)
(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan. (TQS An-Nisaa’: 13-14)
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”