Oleh: Noviana Irawaty
Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:
وَاِ ذَا سَاَ لَـكَ عِبَا دِيْ عَنِّيْ فَاِ نِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّا عِ اِذَا دَعَا نِ ۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 186)
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
186. Ayat ini adalah jawaban dari suatu pertanyaan. Beberapa sahabat nabi bertanya kepada beliau seraya berkata, “Wahai Rasulullah apakah rabb kami itu dekat hingga kami membisik-bisik atau Dia jauh hingga kami menyeru-Nya?” kemudian turunlah ayat, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat,” Karena sesungguhnya Allah Maha mengawasi, Maha Melihat dan Mengetahui apa yang tersembunyi dan dirahasiakan, Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati dan Dia sangat dekat dari orang yang berdoa kepada-Nya dengan mengabulkannya.
Oleh karena itu Dia berfirman, “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepadaKu.”
Berdoa itu ada dua macam, doa ibadah dan doa permohonan.
Kedekatan dari Allah ﷻ juga dua macam; kedekatan dengan ilmu-Nya dari setiap makhluk-Nya, dan kedekatan dari orang-orang yang beribadah kepada-Nya dan orang yang berdoa kepadanya dengan mengabulkan doa, menolong, dan memberi taufik.
Barang siapa yang berdoa kepada rabbnya dengan hati yang hadir dan doa yang disyariatkan, lalu tidak ada suatu hal yang menghalanginya dari terkabulnya doa, seperti makanan haram dan sebagainya, maka sesungguhnya Allah ﷻ telah menjadikan baginya doa yang terkabul, khususnya bila dia mengerjakan sebab-sebab terkabulnya doa, yaitu kepasrahan kepada Allah ﷻ dengan ketaatan kepada perintah perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, baik dalam perkataan maupun perbuatan, beriman kepada-Nya yang mengharuskan timbulnya penerimaan tersebut.
Oleh karena itu Allah ﷻ berfirman, “Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran,” maksudnya, mereka akan mendapatkan jalan yang lurus yaitu hidayah kepada keimanan dan amal saleh, hilang darinya kezaliman yang menghilangkan keimanan dan amal saleh, dan juga karena beriman kepada Allah ﷻ dan memenuhi perintah-Nya merupakan sebab mendapatkan ilmu, sebagaimana Allah ﷻ berfirman :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّكُمْ فُرْقَانًا وَّيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
"Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar" (QS. al-Anfal:29).
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”