Oleh: Lia Herasusanti
Lewat di beranda video yang menggambarkan seorang dosen yang sedang mengajar di ruang kuliah. Sang dosen menjelaskan sambil memperagakan sebuah toples yang diisi dengan bola golf. Setelah memenuhi toples dengan bola golf tersebut, ia bertanya pada para mahasiswa.
"Apakah toples ini penuh?"
"Penuh", jawab mahasiswa serentak.
Kemudian dosen tersebut mengeluarkan kerikil kecil. Selanjutnya ia tumpahkan ke dalam toples yang sama. Kerikil itu mengisi sela-sela kosong, kemudian ia kembali bertanya pada mahasiswa dengan kalimat yang sama. Dan jawabannya pun kembali sama.
Belum berakhir sampai disitu, sang dosen selanjutnya mengeluarkan pasir. Kemudian kembali memasukkan ke dalam toples yang sama. Dan pasir itu pun memenuhi sela-sela yang masih kosong antara bola golf dan kerikil. Diisi terus sampai betul-betul tak ada celah yang tersisa. Kemudian sang dosen kembali bertanya,
"Apakah toples ini sudah penuh?"
"Penuh!", serentak mahasiswa itu menjawab.
Dosen itu bertanya, bagaimana jika ia lebih dahulu memasukkan pasir dan kerikil. Apakah bola golf itu bisa dimasukkan ke dalam toples?
Kembali para mahasiswa itu menjawab "Tidak!"
Begitulah hidup ini. Jika dimisalkan bola golf itu adalah aktifitas wajib, kerikil itu aktifitas sunnah dan pasir itu aktifitas mubah. Maka jika kita lebih mendahulukan aktifitas mubah, maka hidup kita akan dipenuhi dengan aktifitas mubah saja. Dan hanya sedikit atau bahkan tak ada tempat untuk aktifitas sunnah maupun wajib. Namun jika kita memprioritaskan yang wajib dulu, maka yang sunnah dan mubah, pasti tetap ada ruang untuk dilakukan, tanpa mengurangi waktu kita dalam melakukan aktifitas wajib.
Maka, jangan salah dalam menentukan hukum sebuah perbuatan, agar kita bisa menyusun prioritas dalam beramal.
Pada Al-Qur'an surat Al An'am ayat 79 menerangakan:
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”