Segala pujian milik Allah ﷻ. Allahlah Yang telah mengguncangkan singgasana para thâghût dan menghancurkan pilar-pilar para penguasa tiran. Salah satunya adalah rezim diktator dan zalim, Basyar Assad, di Suriah, setelah berkuasa puluhan tahun.
Kezaliman Assad dan Kesabaran Kaum Muslim Suriah
Basyar Assad adalah penerus ayahnya, Hafezh Assad, yang memimpin Suriah dengan tangan besi sejak 1970. Artinya, Keluarga Assad telah memerintah Suriah selama 54 tahun. Rezim ini dikenal sebagai salah satu pemerintahan paling represif di dunia, yang bertahan berkat dukungan penuh Barat, khususnya Amerika Serikat dan Rusia. Sejak awal kekuasaannya, rezim Assad menjadikan rakyat Suriah sebagai objek eksploitasi dan intimidasi.
Selama puluhan tahun rakyat Suriah hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Di bawah rezim Assad, ribuan orang anti rezim dipenjara, disiksa, bahkan dibunuh. Di penjara, banyak wanita Muslimah yang diperkosa oleh aparat rezim hingga melahirkan anak tanpa jelas siapa ayahnya. Tidak sedikit kaum Muslim yang menjadi syahid setelah bertahun-tahun menahan derita di balik jeruji.
Namun demikian, sejarah juga membuktikan bahwa para penguasa diktator dan zalim selalu berakhir dengan kehancuran yang tragis. Beberapa rezim diktator dan zalim ditawur oleh rakyatnya sendiri. Sebagiannya terusir dan terpaksa melarikan diri ke luar negeri, seperti Basyar Assad. Kejatuhan dan kehinaan mereka tentu bukan hanya di dunia. Di akhirat, azab yang pedih juga pasti menanti mereka karena kezaliman yang mereka buat di dunia. Allah ﷻ telah menegaskan:
إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Sungguh orang-orang zalim itu tidak akan beruntung (TQS al-An’am [6]: 21).
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
إِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Sungguh kezaliman itu akan menjadi kegelapan pada Hari Kiamat (HR al-Bukhari dan Muslim).
Di sisi lain, umat Islam seharusnya mengambil pelajaran dari kesabaran dan keteguhan kaum Muslim di Suriah. Meski menghadapi kekejaman luar biasa, rakyat Suriah tetap teguh dalam keimanan dan ketakwaan mereka. Mereka tidak pernah menyerah dan putus asa. Mereka terus meneguhkan harapan untuk perubahan hakiki. Kesabaran dan pengorbanan mereka adalah teladan luar biasa bagi umat Islam di seluruh dunia. Orang-orang seperti mereka inilah yang Allah ﷻ beri penghargaan terbaik, dengan karunia pahala yang tak terbatas, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍۢ
Sungguh Allah memberikan kepada orang-orang sabar pahala tanpa batas (TQS az-Zumar [39]: 10).
Maknanya, kata Syaikh Abu Bakar al-Jazairi, “Pahala untuk mereka itu tidak lagi ditakar, tidak ditimbang dan tidak lagi dihitung karena amat banyaknya.” (Al-Jazairi, Aysar at-Tafaasiir, 3/416).
Rasulullah ﷺ pun sangat takjub dan memuji orang-orang sabar:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Sungguh mengagumkan urusan seorang Mukmin. Seluruh urusannya adalah kebaikan bagi dirinya. Hal demikian tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali seorang Mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik bagi dirinya. Jika ia ditimpa kesulitan, ia bersabar, dan itu pun baik bagi dirinya (HR Muslim).
Revolusi Syam Belum Berakhir
Namun, kejatuhan rezim Assad di Suriah bukanlah akhir perjuangan. Revolusi Syam yang diberkahi harus dijaga dari pembajakan oleh tangan-tangan kafir Barat, terutama Amerika Serikat dan Rusia. Mereka selalu berusaha mempertahankan dominasi mereka melalui solusi-solusi palsu, seperti negosiasi politik dan pemerintahan boneka, yang tetap berlandaskan sekularisme. Karena itu kita tentu berharap dan menyerukan kepada para pimpinan Mujahidin dari berbagai faksi, juga kaum Muslim di Suriah: Pertama, wajib bersatu. Jangan sekali-kali bercerai-berai. Mereka juga harus melebur bersama-sama umat. Satukan visi dan misi yang sama, yakni membangun institusi pemerintahan Islam yang hakiki (Khilafah Islamiyah) di atas puing-puing sekularisme. Jangan tergoda, dengan alasan apapun, untuk meneruskan sistem sekuler yang terbukti zalim dan gagal.
Kedua, tetap teguh dalam keimanan dan selalu yakin dengan pertolongan Allah ﷻ. Tak boleh bersikap lemah di hadapan musuh-musuh Allah ﷻ. Sebabnya jelas, Allahlah Yang akan menghancurkan musuh-musuh-Nya melalui tangan orang-orang yang senantiasa teguh dengan keimanannya kepada-Nya. Inilah yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah ﷺ dan para Sahabatnya. Dulu, meski baru saja Rasulullah ﷺ mendeklarasikan Negara Islam di Madinah, beliau langsung menantang semua kekuatan yang berseberangan dengan Islam. Ini karena menegakkan dan menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia adalah keharusan, bukan sesuatu yang bersifat sekunder. Karena itu meski Negara Islam saat itu baru berdiri (yang tentunya masih lemah; masih membutuhkan pengorganisasian, pengaturan, pembangunan ekonomi, dan sebagainya; serta masih belum memiliki kekuatan secara material), Baginda Rasulullah ﷺ sebagai kepala negara saat itu segera mengumumkan keberadaan Negara Islam itu dan menantang dunia. Beliau bahkan mengirimkan utusan kepada para penguasa Arab dan negara-negara besar yang kafir pada masa itu. Mereka diberi pilihan: masuk Islam atau tunduk di bawah kekuasaan Negara Islam. Jika salah satu dari keduanya tidak mereka pilih, mereka diperangi.
Karena itu saat ini pun, ketika kaum Muslim, khususnya di Suriah, memiliki visi dan misi untuk menegakkan Islam dan kekuasaannya secara nyata, mereka harus yakin bahwa Allah ﷻ akan menggagalkan rencana jahat siapapun, termasuk negara-negara kafir Barat yang bersekongkol melawan mereka. Mereka harus selalu yakin bahwa Allah ﷻ pasti akan melindungi mereka dari kejahatan negara-negara kafir. Tentu jika mereka tetap berpegang teguh dalam keimanan mereka dan dalam memegang prinsip-prinsip perjuangan sebagaimana yang telah digariskan Rasulullah ﷺ Terkait itu, Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ
Sungguh Allah akan membela orang-orang beriman. Sungguh Allah tidak menyukai setiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat (TQS al-Hajj [22]: 38).
Allah ﷻ juga berfirman:
وَرَدَّ اللَّهُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنَالُوا خَيْرًا
Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu dalam keadaan penuh dengan kejengkelan. Mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun. (TQS al-Ahzab [33]: 25).
Ketiga, mereka harus senantiasa mewaspadai segala upaya makar Barat, baik langsung maupun melalui tangan-tangan pihak lain, yang berupaya membajak dan membelokkan revolusi ke arah yang bertentangan dengan Islam. Revolusi jelas harus selalu diarahkan pada Islam. Bukan dengan tetap mempertahankan sekularisme. Karena itu tak boleh ada negosiasi ataupun kompromi apapun dengan pihak-pihak asing (Barat) yang notabene kafir yang jelas-jelas tidak menghendaki Islam. Apalagi Allah ﷻ telah jauh-jauh hari memperingatkan:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
Kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah ridha kepada kalian hingga kalian mengikuti agama (jalan hidup) mereka (TQS al-Baqarah [2]: 120).
Apa yang terjadi di Irak, Libya, Tunisia dan Mesir hendaknya menjadi pelajaran. Betapa revolusi umat Islam dibajak sedemikian rupa oleh tangan-tangan Barat kafir melalui kaki tangan mereka. Pada akhirnya, yang terjadi hanyalah pergantian rezim lama ke rezim baru yang tetap sekuler dan tak kalah zalim. Contohnya Mesir. Jelas, rezim Mesir saat ini hanyalah penerus rezim sekuler dan zalim sebelumnya yang ditumbangkan oleh rakyatnya sendiri. Rezim Mesir saat ini pun tetap menjalin hubungan baik dengan Israel yang menjajah dan membantai kaum Muslim Palestina; tetap melayani kepentingan negara-negara kafir Barat yang nyata-nyata memusuhi Islam, seperti Amerika Serikat; juga tetap memusuhi berbagai kelompok umat Islam yang menghendaki penerapan syariah Islam secara kâffah di negerinya. Rezim diktator Mesir ini, juga di Dunia Arab dan sejumlah negeri Muslim lainnya, bisa bertahan karena dukungan penuh Barat, khususnya Amerika Serikat dan Rusia. Oleh karena itu, sangat naif jika umat Islam dan para pemimpin mereka, khususnya di Suriah saat ini, menerima solusi politik dari Barat. Solusi ini pasti hanya akan memperpanjang penderitaan umat.
Fokus pada Perubahan Hakiki
Rakyat Suriah khususnya, juga umat Islam pada umumnya di seluruh dunia, termasuk di negeri ini, tentu harus selalu menyadari bahwa perubahan hakiki hanya bisa tercapai melalui tegaknya syariah Islam secara total dalam semua aspek kehidupan. Sistem sekularisme yang menjadi akar penderitaan umat harus dihancurkan hingga ke akar-akarnya. Sistem pengganti yang sesuai dengan tuntunan Islam adalah Khilafah ar-Râsyidah berdasarkan manhaj Kenabian. Semua ini wajib diperjuangkan. Tentu dengan meneladani perjuangan dakwah Rasulullah ﷺ. Tidak lain dengan dakwah fikriyyah (pemikiran), siyâsiyyah (politik) dan tanpa kekerasan (‘lâ ‘unfiyah); seraya terus menggalang nushrah dari ahlul-quwwah.
Terakhir, apa yang terjadi di Suriah, juga yang pernah terjadi di Irak, Libya, Tunisia, Mesir dan lainnya harus menjadi peringatan bagi para penguasa Muslim, termasuk di negeri ini, bahwa kezaliman terhadap rakyat hanya akan membawa kehancuran. Karena itu penguasa harus adil dan menyayangi rakyatnya. Hanya saja, keadilan sejati hanya mungkin tercipta saat penguasa menerapkan syariah Islam secara kâffah dalam semua aspek kehidupan. Keadilan mustahil terwujud sampai kapanpun jika penguasa tetap mempertahankan sistem sekuler, sebagaimana saat ini.
Khatimah:
Allah ﷻ berfirman:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian. (TQS Muhammad [47]: 7).
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Kaffah Edisi 374